Riccardo Calafiori: Wonderkid AS Roma Yang Nyaris Pensiun Dini | Bóng 24h

Di usia yang baru 18 tahun, bek kiri AS Roma Riccardo Calafiori dipandang sebagai salah satu prospek muda terbaik di Italia. Dan remaja berbakat itu sudah mulai menunjukkan potensinya di tim utama Giallorossi. Namun, mundur dua setengah tahun ke belakang, muncul sebuah kekhawatiran bahwa karier Calafiori sudah berakhir, bahkan sebelum sempat dimulai. Ketika melakoni penampilan…

Di usia yang baru 18 tahun, bek kiri AS Roma Riccardo Calafiori dipandang sebagai salah satu prospek muda terbaik di Italia. Dan remaja berbakat itu sudah mulai menunjukkan potensinya di tim utama Giallorossi.

Namun, mundur dua setengah tahun ke belakang, muncul sebuah kekhawatiran bahwa karier Calafiori sudah berakhir, bahkan sebelum sempat dimulai.

Ketika melakoni penampilan keduanya untuk Roma U-19 melawan Viktoria Plzen di UEFA Youth League pada Oktober 2018, Calafiori menjadi korban terjangan sepatu yang sangat berbahaya dari Vaclav Svoboda pada menit ke-82. Lutut kanannya disebutkan “hancur berkeping-keping”.

Pilihan Editor

  • VIRAL! Eks Pemain Timnas Indonesia Tendang Penonton Di Tribune
  • Marvel, Calon Jenderal Baru Real Madrid Penerus Sergio Ramos
  • Legenda Persija Jakarta Bambang Pamungkas Dilaporkan Ke Polisi, Dituduh Telantarkan Anak
  • NxGn Power Ranking Piala AFF 2020: Egy Maulana Vikri, Suphanat Mueanta & Luqman Hakim Favorit Untuk Raih Trofi Individual

Seluruh otot ligamen di persendian Calafiori sobek, begitu juga dengan otot meniscus and articular capsule. Ketika melihat kondisinya, dokter menyatakan bahwa itu adalah cedera yang “hanya terjadi setiap 10 tahun sekali” dan lebih mirip dengan jenis trauma yang dialami pengendara motorcross, bukan pesepakbola.

Sang remaja diberitahu secara blak-blakan oleh dokter, bahwa ini adalah jenis cedera yang bisa mengakhiri kariernya.

Seseorang yang pesimistis mungkin akan menyerah pada mimpinya jika mendengar kabar buruk itu, tapi tidak dengan Calafiori. Setelah menjalani operasi di Amerika Serikat, perjalanan panjangnya kembali ke lapangan hijau pun dimulai.

A post shared by Riccardo Calafiori (@richycala)

Berstatus pemain akademi Roma yang sangat dihormati sejak usia sembilan tahun, Calafiori pertama kali mencuat di musim 2017/18. Ketika itu, di usia 15 tahun, ia memainkan peran kunci dalam membawa Roma U-17 meraih double.

Dengan bakat sebesar itu, tidak heran agen super Mino Raiola bergerak cepat untuk mengakuisisinya. Namun, selang beberapa bulan kemudian, sang wonderkid harus rela berada di ranjang rumah sakit selama berbulan-bulan dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Di hari ketika ia cedera, sangat jelas bahwa orang-orang di klub menyadari betapa besar bakatnya. Juga di hari yang sama, striker Roma Edin Dzeko merayakan golnya ke gawang Viktoria di Liga Champions dengan berlari ke bangku cadangan, mengambil jersey Calafiori, dan menunjukkannya kepada penonton sebagai bentuk penghormatan kepada juniornya.

Total, Calafiori sudah melewatkan 347 hari tanpa sepakbola sebelum kembali dalam aksi kompetitif bersama tim Primavera Roma di awal musim 2019/20. Pada titik inilah karier keduanya dimulai. “Periode pemulihan itu adalah hal tersulit yang saya hadapi. Saya memiliki lutut yang tiga kali lebih besar dari yang satu,” katanya kepada Roma TV setelah pulih.

A post shared by Riccardo Calafiori (@richycala)

Selain masuk skuad Paulo Fonseca pada tiga kesempatan di musim gugur, Calafiori menghabiskan sebagian besar musim 2019/20 bersama tim U-19. Ia mencetak gol di tiga pertandingan terakhir musim sebelum kompetisi berakhir dini karena pandemi Covid-19.

Namun, ia tetap rutin diundang untuk berlatih dengan tim utama ketika Serie A dilanjutkan setelah periode lockdown. Fonseca pun memberinya debut: Califiori diturunkan sebagai starter menghadapi sang kampiun Juventus dalam giornata pamungkas.

Bermain sebagai bek sayap kiri, Calafiori membuat dampak besar dengan berhasil memenangkan penalti yang mampu dikonversi Diego Perotti. Ia bahkan sempat mencetak gol, tapi dianulir karena off-side. Roma mengakhiri laga di Turin itu dengan kemenangan 3-1.

Meskipun dikaitkan dengan Manchester United, Juventus, Paris Saint-Germain, dan Inter Milan selama jendela transfer musim panas 2020, Calafiori tetap setia bersama klub ibu kota setelah ia menjadi anggota permanen di skuad tim utama.

When he was just 16, Roma left-back Riccardo Calafiori suffered a serious knee injury which could have ended his career before it begun 🤕Last week, he scored his first goal for the club – and it was an absolute screamer! 🔥pic.twitter.com/BvPFoyPZjF

Ia sempat absen sebulan antara Oktober dan November karena positif virus corona sebelum kembali bermain starter dalam pertandingan Liga Europa melawan klub Rumania, CFR Cluj. Di partai Liga Europa berikutnya melawan Young Boys, ia menjadi sorotan utama.

Menjamu wakil Swiss itu di Olimpico, Calafiori melihat bola buangan bek lawan mengarah kepadanya. Dari luar kotak penalti, sang bek muda langsung melepaskan tembakan deras yang mengarah ke pojok atas gawang untuk menandai gol pertamanya.

“Gol yang cantik, tapi juga sulit untuk dilakukan,” katanya selepas laga. “Tentu saja akan terasa lebih bagus jika ada penonton di stadion, tapi saya tetap bahagia.”

Fonseca sendiri memilih bersikap kalem terhadapnya. “Calafiori adalah pemain muda dengan bakat besar, tapi ia butuh waktu untuk berkembang. Ttidak akan ada manfaatnya jika kami tiba-tiba memperlakukan ia seperti pemain terbaik di dunia. Kami percaya ia memiliki masa depan yang cerah.”

*Statistik per Januari 2021

Sejak gol cantiknya di Liga Europa, bek yang juga bisa beroperasi sebagai bek sentral ini dua kali turun sebagai pemain pengganti di Serie A.

Pemain yang sudah menjadi bagian dari skuad Italia U-21 ini kemudian menandatangani kontrak baru dengan Roma pada Desember, yang membuatnya terus terikat dengan klub masa kecilnya ini hingga musim panas 2025.

“Ini sudah menjadi impian saya sejak kecil,” katanya saat membubuhkan tanda tangan di atas kontrak barunya. “Ini adalah hal terindah di dunia dan sangat berarti bagi saya.”

“Setiap bocah laki-laki yang tumbuh di sini pasti bermimpi suatu hari nanti bisa berada di tempat ini. Sepertinya saya telah berhasil. Kini, impian saya adalah meraih gelar dengan jersey ini.”

Setiap fans Roma punya mimpi yang sama seperti Calafiori. Roma butuh pahlawan lokal baru untuk meneruskan tongkat estafet dari Francesco Totti dan Daniele De Rossi yang telah pensiun.

Setelah melihat apa yang telah dialami Calafiori dalam kariernya, muncul optimisme tinggi di Roma bahwa ia dapat kembali memenuhi potensi besarnya.

Tags: